WORLD CUP INSPIRATION FOR EDUCATION WORLD

I am not exactly a football addict, but since it is time for the World Cup to go viral, I feel like I need to watch it. The World Cup matches have just been aired for a few days but it already brings us surprises which make me confused. My logic tries to fathom how Saudi Arabia is capable of beating Argentina led by Lionel Messi, the world-class footballer, who is well-known to any football fans. The surprise continues when Germany was beaten by Japan. Why am I surprised? As far as my knowledge extends, the champions mostly come from European or Latin America countries.

Apa yang terjadi kali ini?  Walaupun tidak ahli sepak bola, saya terdorong untuk mencari tahu dengan bertanya ke teman-teman dari Fakultas Ilmu Olahraga yang tentunya tahun tentang hal itu.  Sayangnya saya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.  Yang muncul justru kelakar yang sudah biasa kita dengan “bola itu bundar”.  Akhirnya saya mencoba mencari berbagai informasi dan yang paling mudah yang melalui internet. Pertanyaan yang pertama muncul di benak saya, apakah dalam Piala Dunia suatu negara dapat “mengimpor” pemain dari negara lain?  Pertanyaan itu muncul, karena dalam klub bola jual-beli pemain itu biasa.  Klub yang kaya dapat membeli pemain top, sehingga dapat meningkatkan mutu permaninan timnya.   Untuk itu saya mencoba melacak siapa saja pemain Tim Saudi Arabia saat menekuk Argentina.  Dari nama-namanya, saya yakin mereka orang Saudi. Seorang teman juga menjelaskan dalam Piala Dunia hanya warga setempat yang boleh mewakili negaranya.

If the whole Saudi Arabia team consists of local players, how come they were able to beat Argentina? To seek the answer, I looked for videos or articles about their training. Unfortunately, I could not find one. However, I discovered a number of videos containing the training of Ronaldo and Messi which surprised me. Apparently, football players on their calibres are willing to commit to physical and technical training, such as zigzag running between bars or cones. Their training includes jumping and dribbling. At first, I guessed it is a training for beginners.

I confirmed this information to a friend who understands football and I got satisfying answer. Professional footballers like Ronaldo and Messi, as well as the other ones, always train hard to maintain their performance. If it decreases, they will not be listed into the first team by the club and that becomes the main concern of professional players. My friend also elaborated that the coaches in the World Cup have far scrutinized the strategies for trainings and games by employing local players. They contemplated how to maximize the team performance and win the match. By learning about the opponent’s strength and weakness, those coaches will try to innovate by figuring out the strategy which will brings a good play. And Saudi Arabia and Japan teams managed to apply this innovation.

Mendengarkan penjelasan teman tersebut membuat saya merenung, apakah pola pikir tersebut dapat diadaptasi dalam dunia pendidikan ya.  Bukankah menurut Abu Dohuo hasil belajar siswa itu sangat dipengaruhi oleh INOVASI guru dalam mengajar.  Bukankah dalam berinovasi, guru harus memanfaatkan sarana yang ada dan bukan meminta tambahan sarana yang tidak mungkin dipenuhi oleh sekolah. Tetapi guru itu setiap hari mengajar, sehingga kapan punya waktu berlatih?  Pemain sepak bola paling bertanding 1 bulan sekali atau katakanlah 2 minggu sekali, sehingga punya waktu cukup untuk berlatih. Saya jadi teringat tulisan Allwright (1983) yang menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu adaptasi dari Classroom Centered Research (CCR) yang tujuan awalnya bukan untuk karya ilmiah tetapi untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.  Mungkinkah PTK “dikembalikan” seperti asalnya yaitu CCR dan digunakan sebagai wahana INOVASI pembelajaran untuk menggantikan latihan yang memang guru tidak memiliki kesempatan untuk itu?  Dan itu dilaksanakan secara berkelanjutan karena inovasi harus terus dilakukan?  Sebutlah PTK Berkelanjutan (PTK-B).  Jadi meniru pemain bola yang terus menerus berlatih dan berinovasi agar menang dalam pertandingan.

Karena tidak dimaksudkan untuk karya ilmiah, maka kaidah penelitian ilmiah dapat “dilonggarkan”.  Agar lebih mudah memahami, kita tiru pola kerja dokter dalam menangani pasien.  Data rekam medis merupakan andalan dokter saat menangani pasien. Dari rekam medis diketahui riwayat sakit pasien dan pengobatan serta treatment yang pernah diberikan.  Jika pasien diberi obat tertentu dan ternyata belum sembuh akan dianalisis apa yang kurang tepat dan apa obat yang lebih cocok. Mungkinkah itu diadaptasi dalam PTK-B?  Guru memiliki catatan tentang apa yang dilakukan, bagaimana respons siswa dan bagaimana hasil belajarnya.  Catatan tersebut didokumentasikan menjadi Catatan Kelas (CK) yang memuat riwayat inovasi pembelajaran di kelas tertentu. Dengan mencermati CK guru dapat memperbaiki pembelajaran agar respons siswa dan hasil belajarnya lebih baik. Apakah data pada CK dapat dijadikan bahan menyusun karya tulis ilmiah?  Tentu saja bia. Namun dengan mensistematisasi agar memenuhi kaidah karya ilmiah.  Namun tetap harus diingat bahwa tujuan pokok PTK-B dan CK adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran. Karya tulis yang dihasilkan hanyalah bonus bukan tujuan utama.  Semoga.

Muchlas Samani